TIDAKLAH
SUKAR BAGI ENGKAU MEMOHON KEPADA TUHAN-MU, DAN TIDAK PULA MUDAH APA
YANG TELAH ENGKAU MINTA KEPADA DIRIMU SENDIRI (SYEKH AHMAD ATAILAH)
Hamba yang
meminta dan bermunajah kepada Allah SWT, bertawakal dan mencukupkan
Allah sebagai pemberi tentang masalah dunia dan akhirat, pasti diterima
permohonannya. Syaratnya memang mudah, ialah dengan menyandarkan segala
yang diinginkan hanya kepada allah Swt. Semuanya akan diperkenannkan
oleh-Nya. Segala yang jauh didekatkan dan segala yang sukar di mudahkan.
Akan
tetapi, bila seorang hamba yang berharap sesuatu dari Allah karena
mengandalkan ilmunya, daya pikir dan akalnya, kemampuan dan kekuatannya
semata-mata, tidak mugkin permohonan itu daikabulkan karena telah
bercampur dengan keangkuhan dan penonjolan diri. Cara seperti ini tidak
dikehendaki oleh Allah Swt. Sebab kemampuan manusia terbatas. Hanya
Allah yang mengetahui apa yang diperlukan oleh seorang hamba. Karena
hanya Allah taala sajalah yang berkuasa memberi apa yang diminta dan di
harapkan seorang hamba. Hal ini penting direnungkan bagi siapa saja yang
sedang mencari kebahagiaan hidup di dunia dan hidup di akhirat.
Hal yang
paling sulit dan tidak mudah untuk dijalankan adalah menempatkan diri
sebagai peminta, dan menempatkan Allah sebagai tempat meminta. Disini
dari si peminta harus dimusnahkan, harus di tiadakan. Hamba harus sirna
dan ina di hadapan khaliq. Hamba adalah sosok yang tidak berarti apa-apa
di hadapan Allah Swt. Sebab
kelak yang akan di laksanakan adalah kehendak Allah, bukan kehendak
makhluk. Oleh karena itu, seorang hamba hendaklah menjadi peminta yang
tahu diri, agar apa yang diminta di kabulkan oleh Allah Swt.
Segala
sesuatu yang diharapkan dari Allah, tidak terlepas kaitannya dengan apa
ang ada dalam diri seorang hamba. Kebersihan hati, ketaatan, ketekunan,
kesabaran, rintihan yang di sampaikan, ketiadaan dirinya sendiri,
ketergantungannya yang dimulai dengan tekun dari awalnya, tentu
permohonannya akan di penuhi oleh Allah Taala.
Oleh sebab
itu, jangan sampai terjadi permohonan seorang hamba di tolak, karena
kosongnya ruh seorang hamba dari kebersihannya.
Barang siapa yang
menyangka bahwa apa yang ia harapkan akan di penuhi oleh Allah, karena
mengadalkan kemampuan akal dan hartanya, tentu ia akan putus asa dari
perbuatannya itu. Demikia juga orang yang bergantung dengan dirinya
sendiri dalam meminta kepada Allah, niscaya akan mengembalikan pada diri
si pemohon sendiri supaya ia menolong dirinya sendiri.
Marifat
yang tinggi, ialah menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah.
Kemudian menunggu dengan sabar, ridla dan tawakal. Itulah jalan para
salihin dan saddikin.
Washollallahu ala sayyidina muhammadin wa ala alihi washohbihi wasallam.
0 komentar:
Posting Komentar